DPRD  

DRB Dukung Literasi Digital dengan Metode Kaizen

Lampung – Anggota komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Lampung Deni Ribowo mendukung program Literasi Digital AMSI Lampung.

 

Bahkan, Politisi Demokrat Lampung ini mendorong tentang disiplin nya membaca setiap hari seperti Metode Kaizen.

 

“Agar kita bisa disiplin untuk terus membaca setiap hari, kita bisa menerapkan metode kaizen,” kata Deni saat menjadi Narasumber di FGD AMSI Lampung.

 

Menurutnya, metode kaizen berasal dari budaya masyarakat Jepang yang merupakan kebiasaan melatih disiplin dalam berbagai hal.

 

“Teknik kaizen menerapkan sebuah pekerjaan yang dilakukan secara disiplin dalam waktu yang sama setiap harinya. Metode ini sebenarnya bisa kita terapkan untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah,” ungkapnya

 

Untuk itu, kata dia, kebiasaan yang harus diterapkan disekolah sebagai langkah kongkrit melatih disiplin membaca, dengan melakukan membaca sebelum pelajaran utama dimulai.

 

“Misalnya, setiap hari jam 8 pagi pelajar di semua kelas serentak membaca buku selama 15 menit. Usahakan dilakukan pada jam atau waktu yang sama setiap harinya. Pembiasaan ini kalau konsisten dilakukan diyakini bisa membangun budaya literasi warga sekolah,” ucapnya

 

Selain itu, sambung dia, Dirinya juga sepakat dengan AMSI Lampung, bahwa upaya membangun gerakan literasi di sekolah bisa dimulai dengan mengoptimalkan pengelolaan website sekolah.

 

“Itu dua contoh sederhana yang sesungguhnya sangat mungkin diterapkan di sekolah. Apalagi kalau keduanya bisa disinergikan. Dimana setiap pagi pelajar menerapkan metode kaizen dengan disiplin membaca. Bahan bacaannya bisa dilihat dari materi yang ada di website sekolah,” ungkapnya

 

Ia menambahkan, Melalui pembiasaan ini warga sekolah akan akrab dengan keberadaan website sekolah. Ini menjadi stimulir yang baik untuk memotivasi pelajar dan guru menghasilkan karya tulis yang bisa diposting ke website sekolah.

 

“Karena mereka tahu tulisan itu esok pagi akan dibaca secara massal oleh murid di seluruh kelas di sekolah itu. Persoalannya sekarang, adakah keseriusan pada para pengambil kebijakan di sekolah untuk mengimplementasikannya,” tandasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *