Pilgub Bercampur Gula

Lampung – Calon kandidat Kepala Daerah Lampung atau Pemilihan Gubernur (Pilgub) pada 2024, berpotensi adanya campur tangan pengusaha Gula di Lampung.

Pasalnya, beberapa kali Pilgub di Lampung nama pengusaha Gula tersebut muncul sebagai sumber pendanaan kampanye kandidatnya untuk memetik kepentingan pribadi jika terpilih.

Akademisi Universitas Lampung (Unila) Yusdianto mengatakan, Jika berandai – andai dan beramsumsi melihat dari histori riwayat latar belakang Pilgub lalu dirinya berpendapat adanya campur tangan kembali Pengusaha Gula dari Lampung untuk merebut kursi BE 1 itu .

“Saya kira jelas bakal ada campur tangan, karena jika saya melihat Arinal dengan Ridho Ficardo popularitas Arinal tidak sebanding baik ketimbang dengan petahana dan kemudian kita melihat Arinal sebagi ketua DPD Golkar tidak memberikan pengaruh yang signifikan, ternyata Lampung tetap dikuasai oleh PDIP dan Gerindra,” kata Yusdianto kepada media ini. Minggu (24/03)

Pengamat Hukum Unila ini menjelaskan, dalam Artian yang terjadi pada saat ini tidak terlepas dengan kejadian kemarin, calon kandidat yang di endors korporasi tentu punya kelebihan dengan tujuan bisa tercapai.

“Dibeberapa kali adanya diskusi, kita mengatakan calon yang di endors itu ibarat seperti penjaga malam, siang dia bekerja, malam dia menjaga, terkait dengan keamanan, kepentingan,perluasan ekspansi usaha yang dilakukan tentu semua sandaran itu mengarah pada pengambilan kebijakan,” ungkapnya

Yusdianto menerangkan, melihat bahayanya korporasi ketika ikut serta cawe-cawe ataupun menjadi pengendors kepala daerah tersebut.

“Sangat bahaya, alasannya karena semula hakikatnya Demokrasi itu jika berbicara tentang masyarakat luas akan berbelok dengan kepentingan korporasi. Ini sangat kita harapkan untuk di hindari dalam pesta Demokrasi, karena pemimpin itu melekat dengan sumpah dan jabatan,” ucapnya.

Yusdianto mengungkapkan, Bagaimana mungkin sumpah dan jabatan berdasarkan dengan amanat rakyat dan disumpah berdasarkan nilai – nilai Tauhid lalu kemudian berbelok dengan kepentingan penguasa.

Sehingga, Hal ini tentu penting dalam pendidikan politik untuk masyarakat bahwa pemimpin yang lahir dibawah ketiak atau dibawah kakinya korporasi itu tidak memberikan kontribusi yang positif terkait dengan pembangunan daerah.

“Hal itu sudah teruji dengan memporak porandakan infrastruktur dan Masyarakat harus mencermati dengan calon – calon yang tidak hanya sudah teruji atau terbukti atau mempunyai kemampuan mewujudkan mimpi – mimpi Lampung dan Lampung ini sebenarnya tidak boleh berjaya harus maju dan berkembang mensejahterakan rakyatnya,” jelasnya

Untuk itu, kata Yusdianto, Pemimpin juga tidak selalu berbicara siapa yang mengendors tapi dia harus mengukur dirinya sendiri terlebih dahulu apakah dirinya layak dan tepat atau tidak .

“Inikan semua berburu atau mencari panraisnya dari korporasi, saya kira ini demokrasi yang terbalik, demokrasi yang haram lebih mengutamakan kepentingan perut daripada kepentingan akal sehat dan disinilah yang disebut kedunguan dalam demokrasi,” katanya

Selain itu, sambung Yusdianto, jika berbicara layak atau tidak dan pernah menjadi gubernur tapi tidak memberikan kontribusi signifikan, justru hanya memberikan mimpi buruk kepada masyarakat Lampung.

“Saya kira kita tidak boleh lagi kembali ke Demokrasi dengan mimpi yang disesatkan dengan kata – kata manis, Jadi jangan melihat saya mau, saya mau, semua orang juga mau tapi memang yang mampu mewujudkan mimpi masyarakat Lampung lebih sejahtera, lebih maju, lebih tentram,” tandasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *